zavibes.com – Saat ini Jakarta terendam banjir karena curah hujan yang tinggi akhir akhir ini, namun dari banjirnya Jakarta ini Sekretaris Jenderal PDI perjuangan Hasto Kristiyanto sempat mengkritik pertanyaan dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait banjir yang sempat disampaikan saat masa dirinya berkampanye Pilgub DKI 2017 silam. Menurut Hasto, Anies telah keliru berasumsi soal banjir di DKI dengan menyebut air akan selalu masuk atau menyerap ke bumi, asumsi tersebut menurut dia kini menyebabkan banjir di ibu kota semakin parah, “Kalau bicara banjir Jakarta, kan saya juga sebagai sebuah kritik, karena asumsi yang salah bahwa air itu akan masuk ke bumi, itu kan yang disampaikan pada saat berkampanye” ucap Hasto.
Hasto mengatakan saat Anies berkampanye menyampaikan penanganan banjir Jakarta harus dilakukan dengan memastikan air meresap ke dalam tanah. Asumsi tersebut berbeda dengan konsep pembangunan infrastruktur agar air mengalir hingga ke hilir atau laut, padahal menurutnya banjir di Jakarta adalah persoalan manajemen, tata ruang, dan keberanian mengambil keputusan, Hasto juga mengaku kalau pihaknya telah banyak belajar dari penanganan banjir di Jakarta yang memang sudah menjadi langganan setiap tahunnya. Hasto juga menginstruksikan para kader agar sering bertemu dengan BMKG untuk belajar lebih dalam lagi terkait perubahan iklim.
Ia berharap para kader partai akan sadar tentang perubahan iklim dan dampaknya pada kenaikan muka air laut sehingga berpengaruh pada politik tata ruang hingga politik pertanian, “Itu harus benar-benar memperhatikan aspek cuaca tersebut, ini yang kemudian kepala daerah PDI perjuangan, karena mendapat kesempatan yang begitu luas untuk membahas aspek aspek lingkungan, maka juga otomatis terbangun suatu kultur untuk merawat lingkungan dengan baik” ucapnya. Terkait dari berita Jakarta terendam banjir ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tetap menargetkan banjir di sejumlah wilayah ibu Kota surut dalam waktu enam jam.
“Targetnya adalah kita di tempat yang di situ terjadi genangan, maka bila tidak ada kendala khusus seperti tanggul yang jebol dan lain lain diharapkan dalam enam jam bisa menyurut” ucap Anies. Seperti yang sudah di ketahui, sejumlah wilayah di ibu kota terendam banjir setelah diguyur hujan, di tahun ini curah hujan memang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, bahkan tidak hanya Jakarta terendam banjir, beberapa daerah lain pun ikut terendam banjir seperti Tangerang. Untuk Jakarta sendiri setidaknya ada 30 titik yang terendam banjir sekitar 1 sampai 2 meter.
Selain itu Djarot Mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga merupakan politikus PDIP juga ikut menyindir DKI Jakarta Anies Baswedan setelah terjadinya banjir di sejumlah titik di Ibu Kota. Djarot menyebutkan kalau kerja Anies dalam membenahi Jakarta belum terlihat, padahal ia sudah menjabat sejak 2017, “Pak Gubernur, Pak Anies ini harus kita bantu karena kerja tiga tahun ini masih belum terlihat. PDI Perjuangan sepakat untuk dapat membantu rakyat DKI sebetulnya” ucap Djarot, ia juga mencontohkan dengan kondisi Waduk Cincin di Jakarta Utara, menurut ia waduk yang terkoneksi dengan Ciliwung itu tidak dilakukan perawatan dengan baik.
Dia juga menyebutkan kalau ada pengerukan dasar waduk sejak tahun 2017, Djarot juga mengatakan kalau saat dirinya menjabat waduk tersebut selalu dibersihkan dan dirawat Pemprov DKI, bahkan menjadi lokasi wisata air yang sering dikunjungi masyarakat. “saya tadi ngomong-ngomong dengan orang sini sudah berapa tahun di sini tidak di geruk? Tiga tahun belum dikeruk, makanya baunya sedikit menyengat, sulfur” ucap Djarot yang kami lansir dari kompas.com, kemudian Djarot menyoroti pembangunan sodetan Kali Ciliwung yang menjadi pemicu Jakarta terendam banjir selama ini.
“Mungkin filosofisnya lebih arif, air itu ditahan saja biar lama supaya kita bisa dapat ikan di situ bikin kolamnya. Air ini kan seharusnya dialirkan ke laut” ucap Djarot, disamping itu ia mengingatkan kalau banjir merupakan bencana alam yang bisa di diprediksi , ia hanya menyarankan Anies agar terus bekerja keras untuk membenahi Ibu Kota. “Ini menuntut kepala daerah bekerja ekstrem, bekerja keras untuk mengantisipasi perubahan iklim, kalau kerjanya biasa-biasa saja susah” ucap Djarot